“Asal
Usul Raja Negeri Jambi”
Cerita
Rakyat Jambi
Pada zaman
dahulu, wilayah Negeri Jambi terdiri dari lima buah desa dan belum memiliki
seorang raja. Desa tersebut adalah Tujuh Koto, Sembilan Koto, Petajin, Muaro
Sebo, dan Batin Duo Belas.Dari kelima desa tersebut, Desa Batin Duo Belaslah
yang paling berpengaruh. Semakin hari penduduk kelima desa tersebut semakin
ramai dan kebutuhan hidup mereka pun semakin berkembang.Melihat perkembangan
itu, maka muncullah suatu pemikiran di antara mereka bahwa hidup harus lebih
teratur, harus ada seorang raja yang mampu memimpin dan mempersatukan
mereka.Untuk itu, para sesepuh dari setiap desa berkumpul di Desa Batin Duo
Belas yang terletak di kaki Bukit Siguntang (sekarang Dusun Mukomuko) untuk
bermusyawarah. ”Sebelum kita memilih seorang raja di antara kita, bagaimana
kalau terlebih dahulu kita tentukan kriteria raja yang akan kita pilih. Menurut
kalian, apa kriteria raja yang baik itu?” tanya sesepuh dari Desa Batin Duo
Belas membuka pembicaraan dalam pertemuan tersebut. ”Menurut saya, seorang raja
harus memiliki kelebihan di antara kita,” jawab sesepuh dari Desa Tujuh Koto.
”Ya, Benar! Seorang raja harus lebih kuat, baik lahir maupun batin,” tambah
sesepuh dari Desa Petajin. ”Saya sepakat dengan pendapat itu.Kita harus memilih
raja yang disegani dan dihormati,” sahut sesepuh dari Desa Muaro Sebo. ”Apakah
kalian semua setuju dengan pendapat tersebut?” tanya sesepuh dari Desa Batin
Duo Belas. ”Setuju!” jawab peserta rapat serentak. Akhirnya, mereka bersepakat
tentang kriteria raja yang akan mereka pilih, yakni harus memiliki kelebihan di
antara mereka. ”Tapi, bagaimana kita dapat mengetahui kelebihan masing-masing
di antara kita?” tanya sesepuh dari Desa Sembilan Koto. ”Kalau begitu, setiap
calon pemimpin harus kita uji kemampuannya,” jawab sesepuh Desa Batin Duo
Belas.
”Bagaimana
caranya?” tanya sesepuh Desa Petajin penasaran. ”Setiap calon harus melalui
empat ujian, yaitu dibakar, direndam di dalam air mendidih selama tujuh jam,
dijadikan peluru meriam dan ditembakkan, dan digiling dengan kilang besi.Siapa
pun yang berhasil melalui ujian tersebut, maka dialah yang berhak menjadi raja.
Apakah kalian setuju?” tanya sesepuh Desa Batin Duo Belas. Semua peserta rapat
setuju dan siap untuk mencari seorang calon raja.Mereka bersepakat untuk melaksanakan
ujian tersebut dalam tiga hari kemudian di Desa Batin Duo Belas.Dengan penuh
semangat, seluruh sesepuh kembali ke desa masing-masing untuk menunjuk salah
seorang warganya untuk mewakili desa mereka dalam ujian tersebut.Tentunya
masing-masing desa berharap memenangkan ujian tersebut. Oleh karena itu, mereka
akan memilih warga yang dianggap paling sakti di antara mereka. Waktu
pelaksanaan ujian pun tiba.Semua warga dari kelima desa telah berkumpul di Desa
Batin Duo Belas untuk menyaksikan lomba adu kesaktian yang mendebarkan
itu.Setiap desa telah mempersiapkan wakilnya masing-masing. Sebelum perlombaan
dimulai, peserta yang akan tampil pertama dan seterusnya diundi terlebih
dahulu. Setelah diundi, rupanya undian pertama jatuh kepada utusan dari Desa
Sembilan Koto.Wakil desa itu pun masuk ke tengah gelanggang untuk diuji.Ia pun
dibakar dengan api yang menyala-nyala, tapi tubuhnya tidak hangus dan tidak
kepanasan. Ujian kedua, ia direndam di dalam air mendidih, namun tubuhnya tidak
melepuh sedikit pun. Ujian ketiga, ia dimasukkan ke dalam mulut meriam lalu
disulut dengan api dan ditembakkan. Ia pun terpental dan jatuh beberapa depa.
Ia segera bangun dan langsung berdiri tegak seperti tidak terjadi apa-apa.
Seluruh penonton kagum menyaksikan kehebatan wakil dari Desa Sembilan Koto itu.
Ketika memasuki ujian terakhir, tiba-tiba suasana menjadi hening.Seluruh
penonton menjadi tegang, karena ujian yang terakhir ini adalah ujian yang
paling berat. Jika kesaktian wakil dari Desa Sembilan Koto itu kurang ampuh,
maka seluruh tulangnya akan hancur dan remuk. Ternyata benar, belum sempat
penggilingan itu menggiling seluruh tubuhnya, orang itu sudah meraung
kesakitan, karena tulang-tulangnya hancur dan remuk.Penggilingan pun segera
dihentikan. Wakil dari Desa Sembilan Koto itu dinyatakan tidak lulus ujian dan
gagal menjadi raja Jambi. Ujian berikutnya jatuh kepada wakil dari Desa Tujuh
Koto. ”Wakil dari Desa Tujuh Koto dipersilahkan untuk memasuki gelanggang,”
kata salah seorang panitia mempersilahkan. Setelah beberapa saat menunggu,
wakil dari Desa Tujuh Koto belum juga maju. ”Mana wakil dari Desa Tujuh
Koto?Ayo, maju!” seru salah seorang panitia. “Kalau tidak berani, lebih baik
mundur saja!” tambahnya.
Merasa
dilecehkan oleh panitia, calon dari Desa Tujuh Koto pun segera maju. “Siapa
takut?Kami dari Desa Tujuh Koto dak kenal kato undur, dak kenal kato menyerah!”
seru wakil Desa Tujuh Koto itu dengan nada menantang. Calon raja dari Desa
Tujuh Koto pun diuji.Ia berhasil melalui ujian pertama hingga ujian ketiga.
Namun, ia gagal pada ujian keempat. Akhirnya, ia pun gagal menjadi raja Jambi.
Ujian berikutnya dihadapi oleh wakil dari Desa Batin Duo Belas, kemudian
diikuti oleh Desa Petajin dan Muaro Sebo.Namun, wakil dari ketiga desa tersebut
semuanya gagal melalui ujian keempat, yakni digiling dengan kilang besi.Oleh
karena semua wakil dari kelima desa tersebut gagal melalui ujian, maka mereka
pun kembali mengadakan musyawarah. “Bagaimana kalau kita mencari calon raja
Jambi dari negeri lain?” usul sesepuh dari Desa Batin Duo Belas. Usulan
tersebut diterima oleh peserta rapat lainnya.Selanjutnya mereka mengutus dua
wakil dari setiap desa untuk pergi mencari calon raja.Keesokan harinya,
rombongan itu berangkat meninggalkan Negeri Jambi menuju ke negeri-negeri di
sekitarnya.Di setiap negeri yang disinggahi, mereka menanyakan siapa yang
bersedia menjadi raja Jambi dan tidak lupa pula mereka menyebutkan
persyaratannya, yaitu harus mengikuti keempat ujian tersebut. Sudah
berpuluh-puluh negeri mereka singgahi, namun belum menemukan seorang pun yang
bersedia menjadi raja Jambi, karena tidak sanggup menjalani keempat ujian
tersebut.Rombongan itu pun kembali mengadakan musyawarah. ”Kita kembali saja ke
Negeri Jambi.Mustahil ada orang yang mampu memenuhi syarat itu untuk menjadi
raja Jambi,” keluh wakil Desa Petijan. ”Sabar, Saudara! Kita jangan cepat putus
asa.Kita memang belum menemukan calon raja Jambi di beberapa negeri yang dekat
ini.Tetapi, saya yakin bahwa di negeri jauh sana kita akan menemukan orang yang
kita cari,” kata wakil Desa Muaro Sebo. ”Apa maksudmu?” tanya wakil Desa
Petijan penasaran. ”Kita harus mengarungi samudera yang luas itu,” jawab wakil
Desa Muaro Sebo dengan tenang. ”Kami setuju!” sahut wakil dari Desa Batin Duo
Belas, Tujuh Koto, dan Sembilan Koto. ”Kalau begitu, kami juga setuju,” kata
wakil Desa Petijan. Akhirnya, rombongan itu bertekat untuk mengarungi samudera
di ujung Pulau Sumatra.Setelah mempersiapkan segala keperluan, berangkatlah
rombongan itu dengan menggunakan dendang (perahu besar). Setelah berhari-hari
diombang-ambing oleh gelombang laut di tengah samudera yang luas itu, mereka
pun tiba di Negeri Keling (India). Mereka berkeliling di Negeri Keling yang
luas itu untuk mencari orang yang bersedia menjadi Raja Negeri Jambi dengan
ujian yang telah mereka tentukan.
Semua orang yang
mereka temui belum ada yang sanggup menjalani ujian berat itu. Pada suatu hari,
mereka mendengar kabar bahwa di sebuah kampung di Negeri Keling, ada seseorang
yang terkenal memiliki kesaktian yang tinggi.Akhirnya, mereka pun menemui orang
sakti itu. ”Permisi, Tuan! Kami adalah utusan dari Negeri Jambi. Negeri kami
sedang mencari seorang raja yang akan memimpin negeri kami, tapi dengan syarat
harus lulus ujian. Apakah Tuan bersedia?” tanya salah seorang dari rombongan
itu sambil menceritakan ujian yang harus dijalani calon raja itu. ”Saya sanggup
menjalani ujian itu,” jawab orang itu. Rombongan itu segera membawa calon raja
itu pulang ke Negeri Jambi.Setelah menempuh perjalanan selama berminggu-minggu,
tibalah mereka di Negeri Jambi.Orang sakti itu disambut gembira oleh rakyat
Jambi. Mereka berharap bahwa calon yang datang dari seberang lautan itu
benar-benar orang yang sakti, sehingga lulus dalam ujian itu dan menjadi raja
mereka. Keesokan harinya, orang sakti itu pun diuji. Seperti halnya calon-calon
raja sebelumnya, orang sakti itu pertama-tama dibakar dengan api yang
menyala-nyala. Orang Keling itu benar-benar sakti, tubuhnya tidak hangus,
bahkan tidak satu pun bulu romanya yang terbakar.Setelah diuji dengan ujian
kedua dan ketiga, orang itu tetap tidak apa-apa. Terakhir, orang itu akan
menghadapi ujian yang paling berat, yang tidak sanggup dilalui oleh calon-calon
raja sebelumnya, yaitu digiling dengan kilang besi yang besar. Pada saat ujian
terakhir itu akan dimulai, suasana menjadi hening. Penduduk yang menyaksikan
menahan napas. Dalam hati mereka ada yang menduga bahwa seluruh tubuh orang itu
akan hancur dan remuk. Ini adalah saat-saat yang mendebarkan.Ujian terakhir itu
pun dimulai.Pertama-tama, kedua ujung jari-jari kaki orang Keling itu
dimasukkan ke dalam kilang besi.Kilang mulai diputar dan sedikit demi sedikit
tubuh orang Keling itu bergerak maju tertarik kilang besi yang berputar.Semua
penduduk yang menyaksikannya menutup mata.Mereka tidak sanggup melihat tubuh
orang Keling itu remuk. Namun apa yang terjadi? Mereka yang sedang menutup mata
tidak mendengarkan suara jeritan sedikit pun. Tetapi justru suara ledakan
dahsyatlah yang mereka dengarkan. Mereka sangat terkejut saat membuka mata,
kilang besi yang besar itu hancur berkeping-keping, sedangkan orang Keling itu
tetap tidak apa-apa, bahkan ia tersenyum sambil bertepuk tangan. Penduduk yang
semula tegang ikut bergembira, karena berhasil menemukan raja yang akan
memimpin mereka. Seluruh penduduk dari Desa Tujuh Koto, Sembilan Koto, Muaro
Sebo, Petajin, dan Batin Duo Belas segera mempersiapkan segala keperluan untuk
membangun sebuah istana yang bagus. Selain itu, mereka juga mempersiapkan bahan
makanan untuk mengadakan pesta besar-besaran untuk meresmikan penobatan Raja
Negeri Jambi.
Beberapa bulan
kemudian, berkat kerja keras seluruh warga, berdirilah sebuah istana yang indah
dan orang Keling itu pun dinobatkan menjadi raja Jambi.
Terima kasih sudah membaca.
“TAMAT”
No comments:
Post a Comment