“Asal
Mula Nyamuk Berdengung”
Cerita
Rakyat Yogyakarta
Di kaki bukit di daerah Kabupaten
Gunungkidul, Yogyakarta, terdapat sebuah dusun terpencil yang jauh dari
keramaian. Penduduk dusun tersebut senantiasa hidup rukun, damai, dan
sejahtera. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka berladang dan beternak
hewan seperti sapi dan kambing. Setiap hari mereka pergi ke ladang dan ngarit
(mencari rumput) untuk ternak mereka dengan perasaan aman dan tenang.
Suatu ketika, suasana damai dan tenang
tersebut terusik oleh kabar akan kedatangan seekor Ratu Nyamuk ke dusun itu.
Seluruh warga pun menjadi cemas dan takut keluar rumah untuk mencari nafkah.
Bagaimana mereka tidak takut, tubuh Ratu Nyamuk itu amat gemuk dan ukurannya
sebesar kambing. Ratu Nyamuk itu juga memiliki kaki yang panjang dan berbulu.
Demikian pula paruhnya amat runcing dan tajam sehingga dapat mencucuk kulit
hewan yang kasar seperti kuda sekalipun. Oleh karena itu, setiap orang atau
hewan yang dihisapnya akan meninggal karena kehabisan darah. Merasa terancam
keselamatannya, para warga pun segera mengadakan rembug desa (musyawarah desa)
yang dipimpin langsung oleh kepala dusun setempat. “Bagaimana kalau Ratu Nyamuk
itu kita jebak dan binasakan beramai-ramai?” usul salah seorang warga. “Maaf,
saudara. Saya kira apa yang Anda usulkan itu tidak akan berhasil,” sanggah
seorang warga lainnya, “Ratu Nyamuk itu dapat terbang tinggi sehingga sulit
untuk menjebaknya, apalagi membinasakannya.” Suasana musyawarah tersebut cukup
menegangkan. Sudah banyak usulan yang disampaikan oleh warga, namun belum satu
pun yang disepakati secara bersama-sama oleh seluruh peserta rapat. Sebagian
dari warga sudah ada yang merasa cemas dan putus asa karena belum juga
menemukan cara yang tepat untuk membinasakan si Ratu Nyamuk “Tenang, saudara-saudara!
Kita tidak perlu berputus asa,” ujar Kepala Dusun, “Setahu saya, Ratu Nyamuk
itu memakai sebuah subang yang menjadi rahasia kesaktiannya. Jika subang itu
kita ambil, tentu kekuataannya akan hilang dan akan berubah menjadi kecil.
Dengan demikian, kita dapat menghalaunya dengan mudah.”
“Tapi, Pak Dukuh. Siapa yang akan berani
mengambil subang Ratu Nyamuk itu?” tanya seorang warga. Mendengar pertanyaan
itu, seluruh peserta rapat terdiam seraya saling memandang satu sama lain.
Mereka semua bingung karena takut darahnya dihisap oleh si Ratu Nyamuk. Di
tengah kebingungan para warga, sang kepala dusun melanjutkan pembicaraannya.
“Saya juga mendengar kabar bahwa saat ini si Ratu Nyamuk sedang siap bertelur.
Dengan demikian, dia pasti memerlukan pertolongan saat akan mengeluarkan
telurnya. Satu-satunya orang yang dapat menolongnya adalah seorang dukun bayi,”
ungkap sang Kepala Dusun. “Lalu, bagaimana si dukun bayi dapat mengambil subang
Ratu Nyamuk itu?” tanya seorang yang lain dengan bingung. Dengan tenang Kepala
Dusun menjawab, “Sebelum menolongnya, dukun bayi itu harus meminta sebuah
syarat kepada si Ratu Nyamuk yaitu menyerahkan subangnya,” jelas sang Kepala
Dusun. Mendengar penjelasan itu, seluruh peserta rapat mengangguk-anggukkan
kepala pertanda setuju. Akhirnya, para warga bersepakat untuk meminta
pertolongan kepada Mbok Surti, satu-satunya dukun bayi yang ada di dusun
tersebut. Mbok Surti dikenal sebagai dukun bayi yang pemberani dan memiliki
banyak pengetahuan. “Bagaimana Mbok Surti, apakah kamu bersedia untuk
melaksanakan tugas ini?” tanya Kepala Dusun kepada Mbok Surti yang juga hadir
dalam musyawarah itu. “Demi keamanan dan ketenteraman bersama, saya bersedia
melaksanakan amanat para warga ini,” jawab Mbok Surti. Suatu hari, saat hendak
bertelur, Ratu Nyamuk datang menemui Mbok Surti untuk meminta pertolongan.
Sesuai dengan yang diamanatkan kepadanya, Mbok Surti pun mengajukan persyaratan
itu kepada Ratu Nyamuk. “Saya bersedia membantumu wahai Ratu Nyamuk, tapi
dengan syarat kamu harus menyerahkan subangmu kepadaku,” tegas Mbok Surti.
“Baiklah, Mbok Surti. Aku terima persyaratanmu,” kata Ratu Nyamuk. Setelah
menyerahkan subangnya kepada Mbok Surti, Ratu Nyamuk itu segera terbang ke ke
atas sebuah pohon. Sementara itu, Mbok Surti segera menyimpan subang itu
baik-baik. Ia kemudian mengambil seonggok jerami dan meletakannya di bawah
pohon tempat Ratu Nyamuk bertengger. “Hai, Mbok Surti! Untuk apa jerami itu?”
tanya Ratu Nyamuk. “Kamu akan bertelur di atas tumpukan jerami ini agar
telur-telurmu aman,” ujar Mbok Surti. Tanpa merasa curiga sedikit pun, Ratu
Nyamuk itu segera terbang rendah di atas tumpukan jerami setelah Mbok Surti
memintanya. Begitu ia hendak mengeluarkan telurnya, Mbok Surti dengan cepat
membakar
tumpukan jerami itu.
Api pun menyala sangat besar dan
kemudian padam dengan cepat sehingga menimbulkan kepulan asap tebal yang
berwarna hitam. Tak ayal, si Ratu Nyamuk pun jatuh ke tanah dan
menggelepar-gelepar terkena kepulan asap jerami. Beberapa saat kemudian, telur
sebesar jagung keluar dari tubuhnya dengan jumlah yang sangat banyak. Pada saat
yang bersamaan, tubuh Ratu Nyamuk itu perlahan-lahan berubah menjadi kecil
hingga sebesar telurnya. Hal itu dikarenakan tubuhnya yang amat lemah,
sementara subang saktinya sudah tidak melekat padanya. Beberapa saat kemudian,
telur Ratu Nyamuk yang jumlahnya banyak itu tiba-tiba menetas menjadi
nyamuk-nyamuk kecil. Ratu Nyamuk kemudian mengajak anak-anaknya untuk
mengelilingi Mbok Surti dan merebut kembali subangnya. Namun, saat ia hendak
meminta subangnya kepada Mbok Surti, suara yang keluar dari mulutnya hanya
suara dengungan. “Ngung... ngung... ngung...,” demikian suara dengungan Ratu
Nyamuk itu. Suara dengungan tersebut kemudian ditiru oleh seluruh anak-anaknya.
Mbok Surti yang tidak mengerti maksud suara dengungan itu segera meninggalkan
mereka. Namun, Ratu Nyamuk dan anak-anaknya terus mengejar dan mengelilinginya
sambil berdengung-dengung. Oleh karena merasa terganggu oleh suara dengungan
itu, Mbok Surti segera mengumpulkan jerami lalu membakarnya. Begitu api yang
membakar jerami tersebut padam asap tebal pun mengepul dan mengenai Ratu Nyamuk
dan anak-anaknya. Mereka pun beterbangan meninggalkan Mbok Surti karena tidak
tahan dengan asap jerami itu. Berkat bantuan Mbok Surti mengusir nyamuk-nyamuk
tersebut, penduduk di dusun itu kembali hidup aman dan tenteram. Mereka pun
dapat mencari nafkah dan mencari rumput di ladang tanpa dihantui oleh perasaan
cemas. Sejak peristiwa tersebut, nyamuk bertubuh kecil dan hanya bisa
berdengung. Nyamuk-nyamuk tersebut hanya bisa mengeluarkan suara dengungan.
Meski demikian, mereka akan terus mengejar Mbok Surti untuk meminta subangnya.
Itulah sebabnya mereka selalu mengganggu manusia hingga saat ini dengan
berdengung di dekat telinganya. Demikian pula, hingga saat ini masih banyak
penduduk desa yang menggunakan asap jerami untuk mengusir nyamuk.
Terima kasih sudah membaca.
“TAMAT”
No comments:
Post a Comment