“Ratu
Ali”
Cerita
Rakyat Lampung
Pada zaman
dahulu, di sekitar Teluk Lampung terdapat sebuah pantai yang indah dan
subur.Pemandangan di sekeliling pantai merupakan perpaduan antara alam laut
yang indah, perbukitan yang anggun, serta daratan landai yang subur.Gelombang
lau di pantai tidak terlalu besar dan warna airnya biru jernih.Ikan-ikan
pesisir banyak terlihat berkejar-kejaran di sekitar bibir pantai.Di daerah
pantai, banyak terdapat tanaman pakis dan paku yang tumbuh secara alami.Tidak
heran jikan pantai tersebut dinamakan Pantai Paku. Agak jauh dari Pantai Paku,
terdapat sebuah perkampungan bernama Kelumbayun.Penduduknya hidup dengan
bertani, berladang, dan mencari hasil-hasil hutan. Suatu hari, seorang penduduk
Kelembayun sampai di Pantai Paku ketika ia sedang mencari kayu bakar. Betapa
takjubnya warga Kelumbayun itu saat menyaksikan keindahan pemandangan di
sekelilingnya serta kesuburan tanah daerah itu.Wilayah pantai itu tampak begitu
alami dan belum terjamah oleh tangan manusia. Usai menyaksikan dan mengamati
keadaan alam di sekitar Pantai Paku, warga itu bergegas kembali ke
perkampungan.Kepada seluruh warga Kelembayun, warga itu menceritakan perihal
keadaan Pantai Paku yang telah disaksikannya.Mendengar cerita tersebut, para
warga Kelembayun berbondong-bondong menuju ke Pantai Paku.Setelah melihat
keindahan dan kesuburan pantai itu, akhirnya banyak penduduk Kelembayun yang
memutuskan untuk pindah dan menetap di Pantai Paku.Di pantai itu, mereka
mendirikan sebuah perkampungan dan membuka lahan pertanian dan perkebunan di
sekitar pantai.Mereka menanam damar, cengkih, kopi, dan sebagainya.Selain itu,
mereka juga mencari hasil-hasil laut seperti ikan lokan, kerang bahekang, dan
rumput laut. Selang beberapa waktu kemudian, datang pula seorang ulama dari daerah
Jewalang Teluk Bentung.ingin menetap di Pantai Paku. Ulama itu bernama Ali.Ia
adalah ulama yang alim, pandai, dan suka menolong sesama. Kedatangannya ke
Pantai Paku untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada penduduk setempat.
Setiap hari ia mengajari anak-anak maupun orang dewasa mengaji. Karena
kealimannya, penduduk setempat memanggilnya Ratu Ali.Selain mengajar mengaji,
sehari-hari Ratu Ali juga bertani, berkebun, dan mencari ikan di pantai. Pada
suatu malam, Ratu Ali bermimpi didatangi oleh seorang kakek yang berjenggot
lebat.Dalam mimpi tersebut, kakek itu berpesan kepadanya.
“Wahai, Ratu
Ali! Jika engkau ingin menyelamatkan kampung ini dari ancaman bahaya, pergilah
bertapa ke Pulau Teluk Paku selama empat puluh hari empat puluh malam. Tapi, ingat!
Kamu harus melalui berbagai macam ujian dalam pertapaanmu. Jika engkau lulus
ujian, maka Allah SWT akan memberimu kekuatan yang sangat dahsyat,” ujar kakek
itu. Ketika Ratu Ali akan menanyakan tentang ancaman bahaya yang akan menimpa
kampungnya, kakek itu tiba-tiba menghilang. Begitu terbangun, Ratu Ali merasa
bahwa mimpi bertemu dengan kakek itu seolah-olah nyata.Ia mendengar dengan
sangat jelas semua pesan-pesan yang disampaikan kakek itu. Ia pun sangat yakin
dan percaya terhadap pesan-pesan tersebut. Pada hari Jumat, seusai sembahyang
Jumat, Ratu Ali berangkat ke Pulau Teluk Paku dengan menyeberangi pantai.Di
pulau itu, ulama yang berjiwa penolong itu memulai pertapaannya di atas sebuah
batu besar di dalam sebuah gua.Di dinding-dinding batu di sekitarnya tampak
ribuan kelelawar sedang bergelantungan.Suasana di dalam gua itu tampak
sepi.Kawanan kelelawar tersebut terlihat tenang dan tidak merasa terusik oleh
kedatangan Ratu Ali.Hanya suara gemercik air yang terdengar memecah kesunyian
di dalam gua tersebut. Pada hari pertama, kedua, ketiga hingga hari kesepuluh,
Ratu Ali masih tampak tenang dan khusyuk dalam pertapaannya.Ulama itu merasakan
kekuatan di dalam tubuhnya berangnsur-angsur bertambah.Ia pun semakin khusyuk
bertanpa hingga kekuataannya hampir mendekati sempurna. Namun, begitu memasuki
hari ketiga puluh delapan, gangguan pun mulai datang.Raja Setan datang ke Pulau
Teluk Paku dengan sebuah kapal besar untuk menggoda dan mengganggu
pertapaannya.Dengan kesaktiannya, Ali segera mengubah kapal Raja Setan tersebut
menjadi batu dengan hanya mengucapkan kata-kata tanpa harus meninggalkan tempat
pertapaannya. “Hai, kapal!Berubalah menjadi batu besar!” Seketika, kapal itu
menjelma menjadi batu besar. Raja Setan pun langsung lari tunggang-langgang
karena ketakutan. Konon, batu itu diberi nama Batu Kapal karena bentuknya
menyerupai kapal. Sementara itu, Raja Setan itu mendendam kepada Ratu
Ali.Pelampiasan dendamnya dicurahkan kepada setiap warga yang melewati perairan
Pulau Teluk Paku. Setiap ada perahu yang lewat akan diganggunya. Akan tetapi,
Raja Setan itu tidak berani mengganggu jika warga tersebut menyebut nama Ratu
Ali. Memasuki hari keempat puluh sembilan pertapaannya, Ratu Ali semakin hampir
mencapai kesempurnaan kekuatannya.Namun demikian, godaan yang datang kepadanya
pun semakin berat.Pada hari itu, angin bertiup kencang dan gelombang laut
menderu-deru seakan-akan hendak menutupi Pulau Teluk Paku.Ratu Ali tetap
khusyuk dalam pertapaannya.Ia tidak perduli lagi dengan keadaan yang terjadi di
sekelilingnya. Tak berapa lama kemudian, tiba-tiba kakek yang berjenggot lebat
itu datang mendengkatinya. “Wahai, Ratu Ali! Bukalah mulutmu!” seru kakek itu.
Begitu Ratu Ali
membuka mulut, kakek itu memasukkan tiga buah benda sebesar biji kopi ke dalam
mulut Ratu Ali.Setelah itu, kakek itu menghilang entah ke mana.Selang beberapa
waktu kemudian, tiupan angin semakin kencang sehingga banyak pepohonan yang
tumbang di pulau itu.Penduduk Pantai Paku yang menyaksikan peristiwa itu dari
Pantai Paku menjadi ketakutan.Ketika mengetahui Ratu Ali berada di pulau
tersebut, mereka pun segera memohon pertolongan kepada Allah SWT agar
menyelamatkan Ratu Ali dari bencana angin ribut tersebut. Tak berapa kemudian,
tiba-tiba para penduduk dikejutkan oleh sebuah benda yang diterbangkan angin di
atas Pulau Teluk Paku.Benda itu berputar-putar di udara dan kemudian jatuh
terhempas di Pantai Paku.Begitu mereka ingin melihatnya dari arah dekat,
tiba-tiba benda itu kembali diterbangkan angin ke udara.Benda aneh itu
berputar-putar di udara beberapa saat dan kemudian kembali terjatuh di Pantai
Paku.Rupanya, benda itu adalah Ratu Ali yang telah memperoleh ilmu tinggi.Ratu
Ali sendiri tidak sadar kalau dirinya diterbangkan angin. Setelah itu, suasana
kembali berangsur-angsur normal.Ratu Ali masih terlihat tergeletak tidak
sadarkan diri. Tak berapa lama kemudian, hujan deras turun mengguyur seluruh
tubuhnya sehingga ia kembali sadar. Tidak jauh dari tempat Ratu Ali tergeletak
di pantai itu, tiba-tiba muncul sebuah sumur. Bebarapa hari setelah kejadian
itu, Ratu Ali kembali bermimpi didatangi oleh kakek itu.Kakek yang berjengkot
panjang itu berpesan kepada Ratu Ali agar tempat tidurnya itu dijadikan sebagai
tempat sembahyang.Sementara itu, sumur yang muncul di dekat tempat Ratu Ali
terjatuh agar dijadikan sebagai tempat untuk mengambil air wudhu.Sumur itu
kemudian dinamakan Sumur Ratu Ali.Sebelum pergi dari mimpi Ratu Ali, kakek itu
berpesan kepada Ratu Ali. “Wahai, Ratu Ali! Kini, ilmumu telah mencapai tingkat
kesempurnaan. Kekuatanmu sama seperti kekuatan 10 ekor gajah, dan ucapanmu
adalah senjata yang sakti. Pergunakanlah dengan sebaik-baiknya ilmu tersebut
untuk menolong dan melindungi sesama,” ujar kakek itu seraya menghilang. Begitu
kakek itu pergi dari mimpinya, Ratu Ali pun terbangun. Dalam hatinya berkata
bahwa ia berjanji akan menuruti semua nasehat kakek itu. Kini, Ratu Ali adalah
seorang ulama yang berilmu tinggi dan berwibawa. Meski demikian, ia tidak
pernah merasa sombong dan angkuh. Sesuai dengan nasehat sang kakek, Ratu Ali
akan menjadi penolong dan pelindung bagi masyarakat sekitarnya. Pada suatu
hari, kampung Pantai Paku kembali gempar karena didatangi dua ekor naga.Kedua
binatang raksasa itu hendak mengganggu para penduduk yang sedang mencari ikan
di pantai.Seorang penduduk segera melaporkan kejadian itu kepada Ratu
Ali.Mendapat laporan tersebut, ulama yang sakti itu segera menuju ke pantai.
Dengan ucapannya yang sakti, ia pun mengubah kedua naga itu menjadi batu. Sejak
peristiwa tersebut, tak satu makhluk pun yang berani datang mengganggu penduduk
Pantai Paku.Sementara itu, Ratu Ali senantiasa menjadi pelindung bagi
masyarakat sampai akhir hayatnya. Hingga kini, ia tetap dikenang oleh
masyarakat setempat sebagai seorang ulama yang suka menolong sesama.
Terima kasih sudah membaca.
“TAMAT”
No comments:
Post a Comment