“Legenda Tulap Dan Lelaki Tua”
Cerita Dari Sulawsesi Utara
Syahdan
di sebuah hutan belantara hiduplah raksasa ganas bernama Tulap. Ia dikenal
pemangsa manusia dan juga hewan-hewan di hutan. Orang-orang yang berani
memasuki hutan belantara itu akan dimangsa Tulap. Setiap hari, Tulap si Raksasa
berburu manusia dan juga hewan di wilayah hutan belantara. Pada suatu hari
ketika Tulap si Raksasa tengah berburu, ia mendapati seorang lelaki tua. Segera
didekati dan dihardiknya lelaki tua itu, "Apa yang engkau lakukan di sini,
hei lelaki tua?" Tak terkirakan terkejutnya si lelaki tua ketika mendapati
Tulap si Raksasa telah berada di dekatnya. Tubuhnya langsung gemetar. Dengan
terbata-bata ia menjawab, "Aku sedang men mencari kayu bakar. Tulap si
Raksasa terlihat senang melihat si lelaki tua ketakutan. Ia tidak ingin
memangsa lelaki tua itu ketika itu. Ia pun mengajak si lelaki tua untuk mencari
burung untuk santapannya. Si lelaki tua terpaksa menuruti ajakan Tulap si
Raksasa. Jika ia menolak, bisa dipastikannya jika Tulap si Raksasa akan segera
memangsanya. Sambil berjalan bersama Tulap, ia akan mencari cara agar terlepas
dari raksasa ganas pemangsa manusia itu. Tulap si Raksasa meminta si lelaki tua
berjalan di depannya. Si lelaki tua kian ketakutan. Dengan berjalan di depan
Tulap, ia khawatirjika raksasa itu langsung menangkap dan memangsanya. Hingga
mereka berjalan beberapa saat, kekhawatiran si lelaki tua tidak terwujud. Tulap
si Raksasa tampaknya belum berhasrat memangsa si lelaki tua ketika itu.
Dalam
perjalanan itu si lelaki tua melihat peniti dan jarum tergeletak di jalan.
Tulap si Raksasa juga melihatnya. Ia malah memerintahkan si lelaki tua untuk
mengambil peniti dan jarum itu untuk dibawa pulang ke rumahnya. Keduanya
kembali meneruskan perjalanan hingga di sebuah tempat mereka melihat sebuah
pohon pisang yang tengah berbuah. Sebagian buah-buah pisang itu telah masak.
Tulap si Raksasa memerintahkan si lelaki tua untuk memetik buah-buah pisang
yang telah masak. Setelah berjalan beberapa saat, keduanya memutuskan untuk
sejenak beristirahat. Ketika itu mereka melihat sebatang kayu pemukul yang
biasa digunakan untuk memukul sagu. Tulap si Raksasa memerintahkan si lelaki
tua untuk mengambil kayu pemukul itu. Setelah beristirahat sejenak, mereka
kembali meneruskan perjalanan. Dalam perjalanan itu si lelaki tua hampir
menginjak seekor tikus jantan besar. Tulap si Raksasa lalu berkata, "Tikus
jantan, ikutlah engkau dengan kami untuk mencari makanan yang lezat." Tikus
jantan yang ketakutan terpaksa menuruti ajakan Tulap si Raksasa. Jika ia menolak
atau melarikan diri, niscaya Tulap si Raksasa akan menangkap dan memangsanya.
Dalam
perjalanan berikutnya, mereka bertemu dengan seekor lipan besar. Tulap si
Raksasa juga mengajak lipan besar itu untuk turut bersamanya. Lipan besar yang
takut dimangsa Tulap si Raksasa terpaksa pula menurut. Ia turut bergabung
dengan si lelaki tua dan tikus jantan. Tak berapa lama kemudian mereka bertemu
dengan seekor burung mutuo yang hendak bertelur. Tulap si Raksasa mengajak
burung mutuo itu untuk turut bersamanya. Katanya, "Engkau dapat membuat
sarang dan bertelur dengan nyaman di rumahku." Burung mutuo terpaksa pula
mengikuti ajakan Tulap si Raksasa karena takut dimangsa raksasa ganas itu. Setelah
berjalan beberapa saat, Tulap si Raksasa merasa lelah. Ia ingin beristirahat
sejenak. Namun, ia memerintahkan si lelaki tua, tikus jantan, lipan besar, dan
burung mutuo untuk berjalan terlebih dulu. Ia akan menyusul kemudian. Sambil
berjalan, si lelaki tua mengungkapkan kekhawatirannya. "Pada
akhirnya," katanya, "Tulap akan memangsa kita semua." Ucapan si
lelaki tua disetujui tikus jantan, lipan besar, dan burung mutuo. Ketiga hewan
itu sangat yakin, setibanya mereka di rumah Tulap, mereka semua akan dimangsa
Tulap. "Lantas, apa langkah yang sebaiknya kita lakukan?" tanya tikus
jantan. "Kita akan terus merasa terancamjika raksasa ganas itu masih
hidup," ujar si lelaki tua. "Satu satunya cara untuk menyelamatkan
diri kita masing-masing adalah dengan melenyapkan raksasa ganas itu untuk
selama-lamanya!" Lipan besar mengemukakan pertanyaannya, "Lelaki tua,
apakah engkau mempunyai cara untuk itu?"
Setelah
merenung beberapa saat, si lelaki tua mengemukakan rencananya. Mereka akan
berbagi tugas untuk melenyapkan Tulap si Raksasa. Jika mereka nanti mendapati
Tulap telah tertidur, si lelaki tua akan meletakkan jarum dan peniti di dekat
tempat Tulap tidur. Ia juga akan meletakkan kulit-kulit pisang di depan pintu
rumah Tulap. Si lelaki tua meminta tikus jantan untuk menggigit daun telinga
Tulap ketika tidur. Lipan besar bertugas menggigit lengan Tulap. Burung mutuo
bertugas mengepak-ngepakkan sayap untuk mematikan lampu di rumah Tulap dan
kemudian mengepak-ngepakkan sayapnya di dekat mata Tulap agar mata Tulap
terkena debu. Tikus jantan, lipan besar, dan burung mutuo menyetujui saran si
lelaki tua. Mereka terus mematangkan rencana seraya terus berjalan beriringan
menuju rumah Tulap. Tulap si Raksasa pulang ke rumahnya setelah mendapatkan
mangsa. Ia terlihat kekenyangan dan juga kelelahan. Sesampainya di rumah, ia
langsung tertidur. Lelap sekali tidurnya raksasa ganas pemangsa manusia dan
hewan itu. Kisah Cerita Rakyat Nusantara Tulap Dan Lelaki Tua Rencana si lelaki
tua segera diwujudkan. Si lelaki tua meletakkan jarum dan peniti di dekat Tulap
si Raksasa tidur Ia juga memasang kulit-kulit pisang di depan pintu rumah
Tulap. Si lelaki tua lantas bersiaga dengan kayu pemukul di balik pintu. Tikus
jantan lalu beraksi. Dengan gigi-giginya yang tajam ia menggigit daun telinga
Tulap. Tulap si Raksasa yang kesakitan langsung terbangun clan bangkit. Dengan
kelopak mata yang masih terkatup ia meloncat dari tempat tidurnya. Ketika kedua
kakinya menginjak lantai, ia berteriak kesakitan karena kedua kakinya itu
terkena jarum dan peniti yang dipasang si lelaki tua. Tulap si Raksasa lantas
berniat menuju sumur untuk mencuci wajahnya. Burung mutuo segera beraksi. Ia
mengepak-ngepakkan kedua sayapnya hingga lampu di rumah Tulap Si Raksasa
menjadi padam. Debu-debu beterbangan di dekat mata Tulap karena burung mutuo
itu terus mengepak-ngepakkan kedua sayapnya. Mata Tulap kemasukan debu hingga
ia tidak bisa melihat. Dengan meraba-raba ia pun berjalan menuju sumur. Ia
hendak membasuh wajahnya untuk menghilangkan debu yang membuatnya tidak bisa
melihat.
Giliran
lipan besar yang beraksi sesuai rencana yang digagas si lelaki tua. Ia
menggigit lengan Tulap hingga Tulap menjerit kesakitan. Tulap si Raksasa
mengurungkan niatnya ke sumur. Ia menuju pintu luar rumahnya, tetap dengan
berjalan seraya meraba-raba. Tulap langsung jatuh setelah ia menginjak kulit
pisang. Keras berdebum ketika tubuh raksasa ganas itu menghentak tanah. Si
lelaki tua segera menghantamkan kayu pemukulnya ke kepala Tulap si Raksasa.
Begitu keras hantaman itu hingga Tulap roboh terjengkang dan akhirnya tewas. Si
lelaki tua dan tiga hewan itu akhirnya kembali ke rumah masing-masing. Mereka
merasa lega karena terbebas dari bahaya yang mengancam jiwa mereka. Tak ada
lagi raksasa ganas yang harus mereka takuti.
Terima kasih sudah membaca.
“TAMAT”
No comments:
Post a Comment