Sunday 29 November 2015

Cerita Rakyat Bali

“Asal Usul Nama Buleleng dan Singaraja”
Cerita Rakyat Bali



Di Bali, hidup seorang raja yang bergelar Sri Bagening. Sang Raja memiliki banyak istri, dan istri terakhirnya bernama Ni Luh Pasek. Ni Luh Pasek berasal dari Desa Panji, dan masih keturunan  Kyai Pasek Gobleng. Suatu waktu, Ni Luh Pasek mengandung.  Oleh  suaminya,  ia  dititipkan  kepada  Kyai Jelantik  Bogol.  Tak  berapa  lama,  anaknya  pun  lahir.  Anak itu  diberi  nama  I  Gede  Pasekan.  I  Gede  Pasekan mempunyai  wibawa  besar  sehingga  sangat  dicintai  dan dihormati  oleh  pemuka  masyarakat  maupun  masyarakat biasa. Suatu  hari,  ketika  usianya  menginjak  dua  puluh  tahun,  ayahnya  berkata  padanya,  “Anakku,  sekarang pergilah engkau ke Den Bukit di daerah Panji.”
 “Mengapa ayah?” “Karena di sanalah tempat kelahiran ibumu.” Sebelum berangkat, ayah angkatnya memberikan dua buah senjata bertuah, yaitu sebilah keris bernama  Ki Baru Semang dan sebatang tombak bernama Ki Tunjung Tutur. Dalam perjalanannya, I Gede Pasekan diiringi oleh empat puluh pengawal yang dipimpin Ki Dumpiung dan Ki Dosot. Ketika sampai di daerah yang  disebut  Batu  Menyan,  mereka  bermalam  dengan  dijaga  ketat  oleh  para  pengawal  secara bergantian.
Saat tengah malam, tiba-tiba datang makhluk ajaib penghuni hutan. Dia mengangkat I Gede Pasekan ke atas pundaknya sehingga I Gede Pasekan dapat melihat pemandangan lepas ke lautan dan daratan yang terbentang di hadapannya. Ke-tika dia memandang ke arah timur dan barat laut, ia melihat pulau yang amat jauh. Ketika melihat ke arah selatan pemandangannya dihalangi oleh  gunung. Setelah makhluk itu pergi kemudian terdengar bisikan. “I Gusti, sesungguhnya apa yang telah engkau lihat akan menjadi daerah kekuasaanmu.” Keesokan  harinya  rombongan  itu  melan-jutkan  perjalanan. 
Meski  sulit  dan  penuh  rintangan  akhirnya rombongan I Gede Pasekan berhasil mencapai tujuan, yaitu Desa Panji, tempat kelahiran ibunya. Suatu  hari,  ada  sebuah  perahu  Bugis  yang  terdampar  di  pantai  Panimbangan.Warga  setempat  yang dimintai tolong tak mampu mengangkatnya. Keesokan harinya orang Bugis pemilik perahu itu meminta tolong pada I Gede Pasekan.“Tolonglah  kami,  Tuan.  Jika  Tuan  berhasil  mengangkat  perahu  kami,  sebagian  muatan  itu  akan  kami serahkan kepada Tuan sebagai upahnya.”“Kalau itu keinginan kalian, saya akan berusaha mengangkat perahu itu,” jawab I Gede Pasekan. I Gede Pasekan segera memusatkan pikiran.
Dengan kekuatan gaibnya, perahu yang kandas itu berhasil diangkatnya. Sebagai ungkapan rasa terima kasih, orang Bugis itu memberikan hadiah berupa setengah dari isi perahu itu kepada I Gede Pasekan. Di antara hadiah itu terdapat dua buah gong besar. Sejak saat itu I Gede Pasekan menjadi orang kaya dan bergelar I Gusti Panji Sakti. Kekuasaan  I  Gede  Pasekan  mulai  meluas  dan  menyebar  sampai  ke  mana-mana. 
Dia  pun  mendirikan kerajan  baru  di  Den  Bukit.  Kira-kira  abad  ke-17,  ibukota  kerajaan  itu  disebut  orang  dengan  nama  Sukasada.  Kerajaaan  I  Gede  Pasekan  itu  berkem-bang  hingga  ke  utara.  Daerah  itu  banyak  ditumbuhi pohon  buleleng.  Oleh  karena  itu,  pusat  kerajaan  beralih  ke  wilayah  itu.  Wilayah  itu  pun  diberi  nama Buleleng.
Di Buleleng dibangun sebuah istana megah yang diberi nama Singaraja. Nama ini menunjukkan bahwa penghuninya  adalah  seorang  raja  yang  gagah  perkasa  laksana  singa.  Namun,  ada  pendapat  yang mengatakan bahwa nama Singaraja artinya tempat persinggahan raja. Barangkali ketika sang Raja masih  di Sukasada, sering singgah di sana. Jadi, kata Singaraja berasal dari kata singgah raja.

Terima kasih sudah membaca.

“TAMAT”






No comments:

Post a Comment