“Bete
Dou No Mane Loro”
Cerita
Rakyat NTT
Di daerah Nusa
Tenggara Timur, hiduplah seorang raja yang bertahta di Kerajaan Wefulan. Sang
Raja mempunyai seorang putri yang cantik jelita bernama Bete Dou. Sejak dalam
kandungan hingga dewasa, ia sangat disayangi oleh kedua orangtua dan kakak
laki-lakinya yang bernama Manek Bot. Sang Raja dan permaisuri berharap sang
Putri akan membawa berkah untuk kesejahteraan kerajaan dan seluruh rakyatnya.
Untuk itu, mereka berniat untuk memingit sang Putri agar kesuciannya tetap terjaga.
Suatu hari, sang Raja memanggil putranya, Manek Bot, untuk menghadap kepadanya.
“Ada apa gerangan Ayahanda memanggil Nanda?” tanya Manek Bot. “Begini, Putraku!
Ayah ingin memingit adikmu. Di belakang istana ini, ada sebuah pohon beringin
yang besar dan rimbun. Buatkanlah dia sebuah rumah kecil di atas pohon itu!
Setelah itu, Ayah mengamanatkan kepadamu untuk mengawasinya!” perintah sang
Raja. Manek Bot pun segera melaksanakan perintah ayahandanya. Dengan dibantu
oleh beberapa pengawal istana, ia pun berhasil membangun sebuah rumah kecil di
atas pohon beringin itu dalam waktu sehari. Untuk sampai ke rumah itu, Manek
Bot membuat sebuah tangga yang terdiri dari tujuh buah anak tangga besar, tujuh
buah anak tangga sedang, dan tujuh buah anak tangga kecil. Rumah dan tangga
tersebut kesemuanya terbuat dari kayu cendana yang harum semerbak. Setelah
pembangunan rumah itu selesai, sang Raja pun menyuruh putrinya untuk tinggal di
atas pohon itu. Mulanya, sang Putri menolaknya, karena ia tidak ingin hidup
kesepian. Namun, setelah dibujuk oleh ibundanya, akhirnya ia pun bersedia
pindah ke tempat tinggal barunya itu. Sejak itu, Putri Bete Dou menjalani
hidupnya seorang diri di rumah kecil itu. Untuk mengisi kesepiannya, setiap
hari ia menyibukkan diri dengan menyulam dan mengayam tikar. Pada malam
harinya, ia selalu melantunkan lagu-lagu sedih, seakan melukiskan kesepiannya
hidup sendirian. Senandungnya yang terbawa angin malam menggetarkan telinga
orang yang mendengarnya. Pada suatu malam purnama, seorang putra mahkota dari
Kerajaan Loro yang bernama Mane Loro mendengar alunan suara merdu sang Putri.
Suara merdu yang terdengar sayup-sayup dari kejauhan itu membuat hati sang
Pangeran bergetar dan penasaran ingin mengetahui suara siapakah itu. Dengan
kesaktiannya, ia segera terbang mencari sumber suara itu. Tak berapa lama, ia
pun tiba dan menjejakkan kakinya di atas pohon beringin. Ia terkejut melihat
sebuah rumah kecil yang indah berada di atas pohon.
Keterkejutannya
pun semakin menjadi setelah mengetahui bahwa sumber suara itu berasal dari
dalam rumah itu. “Aneh! Kenapa ada rumah di atas pohon ini?” tanyanya dalam
hati dengan heran. Perlahan-lahan, Mane Loro pun berjalan mendekati pintu rumah
itu dan mencoba melihat ke dalam melalui sebuah lubang kecil. Ia pun tersentak
kaget ketika melihat ada seorang putri cantik jelita sedang menganyam tikar
sambil bernyanyi. “Aduhai... bukan hanya suaranya yang merdu, tapi wajah gadis
ini pun cantik nan rupawan,” ucap Mane Loro dengan kagum. Saat itu pula, Mane
Loro langsung jatuh hati melihat kecantikan gadis itu dan tidak sabar lagi
ingin menemuinya. Ia pun mengetuk pintu dengan perlahan-lahan seraya memanggil
gadis yang berada di dalam rumah itu. “Selamat malam, Gadis cantik! Bolehkan
saya meminta bantuan?” Mendengar ada suara orang meminta bantuan, sang Putri
pun menghentikan senandungnya dan segera beranjak menuju pintu. Dari balik
pintu rumahnya, ia mencoba melihat ke luar melalui sebuah lubang kecil. Namun
karena cahaya remang-remang, ia tidak bisa mengenali wajah laki-laki yang
sedang berdiri di depan pintunya. “Maaf, Tuan! Anda siapa dan berasal dari
mana?” tanya sang Putri dari balik pintu. “Nama saya Mane Loro dari Kerajaan
Loro,” jawab Mane Loro. “Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” tanya sang Putri.
“Saya sangat kagum pada suara merdumu. Bolehkah saya masuk?” pinta Mane Loro.
Putri Bete Dou merasa terpuji dengan ucapan Mane Loro. Tanpa disadarinya, ia
pun membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Saat melihat ketampanan dan kegagahan
laki-laki itu, sang Putri pun langsung terperangah. Matanya menatap wajah
laki-laki itu tanpa berkedip sedikit pun. Mane Loro pun membalasnya dengan
tatapan yang tajam dan penuh arti. Sesaat kemudian, sang Putri mempersilahkan
pemuda itu masuk ke dalam rumah dan segera menutup pintunya kembali. Ia takut
ada orang yang mengetahui keberadaan laki-laki itu di rumahnya dan melaporkan
kepada ayahandanya. Setelah itu, mereka saling berkenalan lebih jauh. Dalam
waktu singkat, keduanya sudah tampak akrab dan saling bersendau gurau. Beberapa
hari kemudian, mereka pun menjalin hubungan kasih dan siap untuk melanjutkan
hubungan mereka sampai ke jenjang pernikahan.
Pada bulan purnama berikutnya, Mane
Loro melamar Bete Dou, dan Bete Dou pun siap untuk sehidup semati bersama Mane
Loro. Akhirnya, keduanya pun menikah tanpa sepengetahuan orang tua mereka masing-masing.
Sejak itu, setiap malam Mane Loro tidur bersama Bete Dou di rumah itu. Saat
subuh menjelang, Mane Loro sudah harus kembali ke istananya agar tidak ketahuan
oleh keluarga Bete Dou.
Sebulan
kemudian, ayah Mane Loro jatuh sakit. Oleh karena itu, malam-malam selanjutnya
Mane Loro tidak bisa mengunjungi istrinya, karena harus menunggu ayahnya. Hal
itu membuat hati Bete Dou menjadi sedih. Pada suatu malam, Manek Bot datang
mengunjungi adiknya untuk melihat keadaannya. Ternyata, kedatangannya yang
secara tiba-tiba tersebut membuat sang Putri menjadi panik, karena belum sempat
menyembunyikan sepasang pakaian Mane Loro yang masih tergantung di dinding
rumahnya. Manek Bot pun tersentak kaget saat melihat ada pakaian laki-laki di
rumah adiknya. “Hai, kenapa ada pakaian laki-laki di rumahmu? Pakaian siapakah
itu?” tanya Manek Bot. Mendengar pertanyaan itu, Putri Bete Dou hanya diam dan
menunduk. Tubuhnya pun gemetar karena ketakutan. “Hai, Bete Dou! Kenapa kamu
tidak menjawab pertanyaanku?” bentak Manek Bot. “Ma... ma... maafkan Adik, Kak!
Pakaian itu milik suami Adik,” jawab Bete Dou dengan gugup. Mendengar jawaban
adiknya itu, telinga Manek Bot bagai disambar petir. Wajahnya tiba-tiba memerah
bagai terbakar api. “Apa katamu? Pakaian suamimu? Sejak kapan kamu menikah?
Lalu, siapa suamimu itu?” tanya Manek Bot dengan penuh amarah. “Sebulan yang
lalu, Adik menikah secara diam-diam dengan Mane Loro, putra mahkota Kerajaan
Loro,” jawab Bete Dou. “Dasar anak gadis tidak tahu malu!” bentak Manek Bot.
Amarah Manek Bot pun semakin memuncak. Ia benar-benar merasa malu karena
perbuatan adik satu-satunya itu. Ia merasa sia-sia membuat rumah cendana di
atas pohon beringin itu. Ia tidak mau melihat adiknya lagi. Ia pun segera turun
dari rumah meniti anak tangga satu per satu dengan tangan terkepal. Saat
kakinya berpijak di tanah, Manek Bot berhenti dan berteriak memanggil adiknya.
“Hai, Bete Dou! Turunlah ke bumi! Engkau telah membuat malu keluarga dan
kerajaan!” seru Manek Bot. Sang Putri pun semakin gemetar ketakutan, karena ia
merasa bersalah dan wajar jika kakaknya sangat marah kepadanya. Ia pun sangat
menyesal telah menikah dengan Loro Manek tanpa sepengetahuan ayahanda, ibunda,
dan kakaknya. Namun, apa hendak dikata, rahasianya terbongkar. Ia hanya bisa
pasrah untuk menerima hukuman dari kakaknya.
Dengan langkah
perlahan-lahan, Bete Dou turun dari rumahnya dengan meniti anak tangga satu per
satu sambil mendendangkan lagu derita. Ketika tiba di anak tangga pertama, ia
pun langsung mendapat hukuman dari kakaknya. Tak ayal lagi, tubuhnya tersungkur
ke tanah dan meninggal seketika. Bersamaan dengan itu, seluruh alam semesta
berduka cita. Suasana tiba-tiba menjadi hening dan sepi. Binatang malam
serentak berhenti berbunyi. Hembusan angin sepoi-sepoi tiba-tiba berhenti,
sehingga dedaunan pun ikut berhenti bergoyang. Sementara itu di Kerajaan Loro,
Mane Loro yang sedang tertidur di samping ayahnya, tiba-tiba tersentak dari
tidurnya. Firasatnya langsung tertuju kepada istrinya. “Sepertinya aku
mempunyai firasat buruk tentang istriku. Jangan-jangan terjadi sesuatu
dengannya,” pikirnya. Tanpa berpikir panjang, Mane Loro segera terbang meleset
menuju ke rumah istrinya. Dalam waktu sekejap, ia pun tiba di rumah istrinya.
Namun, kedatangannya sudah terlambat. Ia mendapati istrinya sudah tidak
bernyawa lagi. Dengan kesaktiannya, ia melesat bagai burung Rajawali, lalu
menyambar tubuh istrinya yang tergelatak di tanah, kemudian menerbangkannya
menuju ke istananya. Manek Bot hanya terperangah menyaksikan peristiwa
tersebut. Sesampainya di istana, Mane Loro segera mengobati istrinya. Dengan
kesaktiannya dan atas kehendak Tuhan yang Mahakuasa, Putri Bete Dou pun hidup
kembali. Sang Putri sangat heran saat melihat suaminya berada di sampingnya dan
dikelilingi oleh dayang-dayang yang tidak dikenalnya. “Kanda! Dinda ada di mana
dan mereka siapa?” tanya sang Putri sambil menunjuk ke arah dayang-dayang
tersebut. “Tenanglah, Dinda! Saat ini Dinda sedang berada di istana Kanda.
Mereka itu adalah dayang-dayang istana ini,” jawab Mane Loro seraya
menceritakan semua peristiwa yang telah dialami istrinya hingga bisa berada di
istana itu. “Kini Kanda menyadari bahwa tindakan kita selama ini memang keliru,
karena menikah secara diam-diam tanpa meminta restu dari orang tua kita
masing-masing. Inilah saatnya kita meminta restu kepada orang tua Kanda,” bujuk
Mane Loro. “Baiklah, Kanda! Dinda juga merasa sangat bersalah kepada keluarga
Dinda. Dinda sangat menyesal, karena tidak menghiraukan nasehat mereka,” kata
Bete Dou. Akhirnya, Mane Loro dan Putri Bete Dou meminta restu kepada orang tua
Mane Loro. Bete Dou pun terima dengan baik sebagai menantu Raja Loro. Setelah
beberapa lama tinggal di istana Kerajaan Loro, Putri Bete Dou mengajak suaminya
untuk menghadap orang tuanya yang berada di Kerajaan Wefulan. “Kanda! Kini
saatnya kita meminta restu kepada orang tua Dinda. Kapan kita akan menemui
mereka?” tanya Putri Bete Dou. “Kanda kira, lebih cepat lebih baik, Dinda!”
jawab Mane Loro.
Keesokan
harinya, Mare Loro dan istrinya berangkat ke istana Wefulan untuk menemui orang
tua Bete Dou. Mereka berangkat dengan arak-arakan pengawal istana yang membawa
barang-barang bawaan untuk diserahkan kepada orang tua Bete Dou. Setibanya di
istana Wefulan, mereka disambut oleh raja dan permaisuri Kerajaan Wefulan. Saat
berada di hadapan Raja Wefulan, Putri Bete Dou bersama Mare Loro segera
bersujud memohon ampun atas kesalahan yang telah mereka perbuat selama ini.
Setelah itu, mereka memohon agar sang Raja dan permaisuri merestui pernikahan mereka.
Melihat kesungguhan dan ketulusan cinta Bete Dou dan Mane Loro, akhirnya sang
Raja, permaisuri, dan Mane Bot memaafkan dan merestui pernikahan mereka. Sejak
itu, Mane Loro dan Bete Dou hidup berbahagia bersama keluarga istana Kerajaan
Wefulan.
Terima kasih sudah membaca.
“TAMAT”
No comments:
Post a Comment