Monday 30 November 2015

Cerita Rakyat Gorontalo

“Legenda Lahilote”
Cerita Rakyat Gorontalo


 Dahulu kala ada seorang laki-laki bernama Lahilote yang tinggal di hulu sungai dekat mata air. Pekerjaannya sehari-harinya adalah mencari rotan di hutan. Pada suatu hari tanpa disangka-sangka ia melihat tujuh bidadari yang sedang mandi di sungai. Canda tawa terdengar dari kejauhan. Ketika mereka sedang mandi, Lahilote mencuri sebuah selendang salah satu bidadari dan menyembunyikannya di suatu tempat. Setelah beberapa lama para bidadari ini baru sadar, rupanya ada orang yang sejak tadi mengintip mereka mandi. Kehadiran Lahilote secara tiba-tiba sungguh mengagetkan para bidadari tersebut. Mereka cepat-cepat keluar dari sungai dan segera terbang ke langit menuju kayangan, kecuali satu orang bidadari yang kehilangan selendangnya sedih dan bingung sepeninggal teman-teman bidadarinya. Singkat cerita, bidadari yang tertinggal itu berhasil dibujuk dan dinikahi Lahilote.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun. Hingga pada suatu hari seperti biasa, Lahiloter mencari rotan ke hutan. Ketika sedang membersihkan rumah, tanpa sengaja isteri Lahilote menemukan selendangnya yang hilang dalam sebuah tabung bambu. Ia senang sekali karena selendangnya telah ditemukan. Saat itu juga ia terbang ke tempat asalnya, yaitu kayangan.
Pada hari itu Lahilote merasa sangat beruntung karena rotan yang didapatnya lebih banyak dari biasanya. Ia berjalan pulang dengan gembira. Tapi ketika ia pulang kegembiraannya lenyap. Tabung bambu sudah kosong dan isterinya telah kembali kekayangan. Ia benar-benar gundang. Tiba-tiba seorang Polah yaitu suatu suku yang tinggal di tengah hutan hadir di hadapannya. Ia memegang rotan sebuah rotan hutiya mala. Sang Polahi berkata. "Rotan ini memandumu kekayangan. "Temukan isterimu di sana!"
Singkat cerita, Lahilote terbang ke kayangan dan bertemu dengan isterinya. Lahilote dan isterinya bersatu kembali dikayangan. Hingga pada suatu wakut, Lahilote bersama isterinya sedang asyik duduk berdua. Lahilote duduk di atas sebatang kayu. Sementara itu, istrinya sibuk mencari kutu di kepala Lahilote. Ia terkejut melihat uban yang ada dikepala suaminya. Ia teringat peraturan  bahwa seorang yang beruban tidak abadi dan tidak boleh ada di kayangan. Lahilote menanyakan apa alasannya. Istrinya menjawab: "Apalah arti sebuah cinta kalau Tuan sudah beruban, apalah artinya sebuah kayangan kalau tuan tinggal bayangan. Lahilote tidak menyangka akibatnya sungguh berat. Ia benar benar sedih dan terpukul dibuatnya. lalu ia turun ke bumi menggunakan sebilah papan. Sesampainya di bumi Lahilote bersumpah, "Sampai senja umurku nanti, berbatas pantai Pohe berujung kain kafan, di sana telapak kakiku akan terpatri sepanjang jaman." selesai berkata demikia dengan seluruh kesedihan dan jiwa yang merana Lahilote menginjakan kakinya sekuat tenaga hingga berdarah pada sebuah batu.
Batu berbentuk telapak kaki itu dapat ditemukan di pantai Pohe Gorontalo. Menurut kepercayaan setempat, batu itu adalah telapak kaki Lahilote yang bersedih karena terbuang kekayangan.

Terima kasih sudah membaca.

“TAMAT”









No comments:

Post a Comment