Saturday, 28 November 2015

Cerita Rakyat Banten


“Legenda Batu Kuwung”
Cerita Rakyat Banten


Pada  masa  pemerintahan  Sultan  Haji  (tahun  1683-1687 M), hiduplah seorang saudagar yang tinggal di sebuah desa di  daerah  Banten.Ia  sangat  dekat  dengan  sang  Sultan. Karena kedekatannya tersebut, ia  mendapat hak monopoli perdagangan  beras  dan  lada  untuk  daerah  Lampung.  Tak heran, jika usahanya menjadi maju pesat, sehingga dalam waktu  singkat  ia  menjadi  saudagar  kaya  yang  disegani.  Hampir  semua  tanah  pertanian  yang  ada  di  desa-desa sekitar  tempat  tinggalnya  menjadi  miliknya.Ia  memiliki tanah  itu  dengan  cara  memeras  warga,  yaitu  memberi hutang  kepada  mereka  dengan  bunga  yang  tinggi, sehingga  mereka  kesulitan  untuk  membayarnya.  Para petani  pun  terpaksa  menyerahkan  tanah-tanah  pertanian mereka untuk menebus hutang kepada sang Saudagar.Penderitaan  para  warga  pun  semakin  menjadi-jadi  ketika saudagar kaya itu diangkat menjadi kepala desa di daerah itu.  Ia  senantiasa  menyalahkangunakan  kekuasaannya dengan cara memungut pajak lebih tinggi dari yang seharusnya. 
Dengan kekuasaan dan kekayaannya, ia menjadi sombong dan sering bertindak sewenang-wenang terhadap warga di sekitarnya. Selain  itu,  saudagar  kaya  itu  sangat  kikir.Ia  tidak  mau  menolong  jika  ada  warga  yang  membutuhkan pertolongan.  Bahkan,  saking  kikirnya,  ia  tidak  mau  menikah  seumur  hidup.  Baginya,  menikah  dan memiliki anak adalah suatu pemborosan.Ia lebih senang hidup bermewah-mewah dan berfoya-foya di atas penderitaan warga di sekitarnya. Tak heran, jika para warga menjadi benci kepadanya. Menyadari hal itu, sang Saudagar pun menyewa beberapa orang pengawal pribadi untuk menjaga harta kekayaan dan keselamatan dirinya, sehingga tak seorang warga pun yang berani untuk mengusiknya. Pada  suatu  hari,  berita  tentang  keangkuhan  dan  kesewenang-wenangan  saudagar  kaya  itu  sampai  ke telinga  seorang sakti mandraguna. Orang sakti  itu  pun  bermaksud untuk  menyadarkan  sang Saudagar yang sombong dan kikir itu. Suatu pagi, ia mendatangi rumahnya dengan menyamar sebagai pengemis dan berkaki pincang.“Ampun,  Tuan!  Sudilah  kiranya  Tuan  memberi  Hamba  makanan  dan  pakaian.  Sudah  dua  hari  hamba belum makan,” iba pengemis itu sambil menunduk di depan sang Saudagar. Si pengemis bukannya mendapat makanan dan pakaian dari sang Saudagar, melainkan caci-makian dan pelakuan kasar.“Hai, dasar pemalas!Enak saja kau meminta-minta kepadaku!” bentak saudagar kaya itu. Pengawal! Usir pengemis hina ini dari sini!” serunya seraya mendorong pengemis itu.
Tak ayal lagi, pengemis itu pun jatuh tersungkur ke tanah. Belum sempat ia berdiri, dua orang pe ngawal segera menyeret dan mengusirnya. Si Pengemis yang malang itu pun murkah mendapat perlakuan kasar itu.  Sebelum  meninggalkan  halaman  rumah  yang  besar  dan  mewah  itu,  ia  berpesan  kepada  sang Saudagar.“Hai,  Saudagar  kaya  yang  sombong  dan  kikir!Bersiap-siaplah  untuk  menerima  balasan  yang setimpal.Kamu akan merasakan betapa pedihnya menjadi orang miskin,” ujar pengemis itu.Begitu selesai berpesan, si Pengemis itu tiba-tiba menghilang. Alangkah terkejutnya sang Saudagar dan kedua  pengawalnya  menyaksikan  peristiwa  ajaib  tersebut.  Meskipun  ada  rasa  takut  di  dalam  hatinya setelah melihat peristiwa ajaib itu, ia berusaha untuk menepisnya.“Ah,  ada-ada  saja  pengemis  itu. Aku  takkan  mungkin  menjadi  miskin,  karena  hartaku sudah sangat melimpah,” ucap sang Saudagar dengan angkuhnya.Keesokan harinya, betapa terkejutnya sang Saudagar kaya itu ketika bangun tidur, kedua kakinya tidak bisa  ia  gerakkan.  Ia  berkali-kali  berusaha  untuk  menggerakkannnya,  tapi  tetap  saja  tidak  bisa.  Ia  pun panik dan berteriak histeris memanggil pengawal pribadinya. “Pengawal!Cepat kemari tolong aku!” teriaknya dengan suara keras.
Mendengar teriakan itu, dua orang pengawalnya pun segera datang. “Apa yang terjadi dengan Tuan?” tanya seorang pengawalnya. “Entahlah!  Tiba-tiba  kakiku  tidak  dapat  kugerakkan,”  jawab  sang  Saudagar  sambil  memegang  kedua kakinya.Kedua  pengawalnya  berusaha  untuk  membantu  menggerakkan  kakinya,  tapi  tetap  saja  tidak bisa.Rupanya,  kedua  kaki  saudagar  kaya  itu  lumpuh. Dengan  panik,  ia  segera  memerintahkan  seluruh pengawalnya untuk mencari tabib. Pada hari itu juga, seluruh tabib sakti dari berbagai pelosok negeri pun  berdatangan  untuk  mengobati  kedua  kakinya,  namun  tak  seorang  pun  yang  berhasil.  Dalam keadaan  yang  semakin  panik,  sang  Suadagar  berpesan  kepada  para  pengawalnya  untuk  mengadakan sayembara.“Pengawal! Umumkan kepada seluruh warga bahwa siapa pun yang mampu menyembuhkan aku dari kelumpuhan ini, dia akan aku berikan setengah dari harta kekayaanku,” ujar sang Saudagar.Para  pengawal  setianya  pun  segera  memasang  pengumuman  di  tempat-tempat  keramaian  seperti  di pasar, warung-warung kopi, maupun di pinggir-pinggir jalan ramai.
Dalam waktu singkat, seluruh warga desa  setempat  dan  warga  desa-desa  sekitarnya  telah  mengetahui  perihal  pengumuman  tersebut,  tak terkecuali  pengemis  itu.  Mendengar  kabar  itu,  sang  Pengemis  pun  segera  mendaftar  untuk  menjadi peserta sayembara.Pada  hari  yang  telah  ditentukan,  berkumpullah  para  peserta  sayembara  dari  berbagai  kalangan, termasuk si Pengemis itu, di halaman rumah sang Saudagar. Satu pe r satu para peserta dipanggil untuk mengobati  penyakit  sang  Saudagar.  Meskipun  mereka  telah  mengeluarkan  segala  kemampuan  dan kesaktian  masing-masing,  namun  tak  seorang  pun  yang  menyembuhkan  penyakit  sang  Saudagar. Bahkan,  penyakitnya  justru  semakin  parah,  sehingga  ia  bertambah  panik.  Kini,  tinggal  si  Pengemis  itu yang menjadi harapan satu-satunya.“Wahai, Pengemis! Tolonglah aku! Hanya kamulah harapanku satu-satunya yang dapat menyembuhkan penyakitku ini,” iba sang Saudagar.Pengemis itu tersenyum sambil mengamati kedua kaki sang Saudagar. “Begini,  Tuan!  Aku  tahu  penyebab  kelumpuhanmu.Semua  ini  terjadi  karena  sifatmu  yang  kikir  dan sombong,” ujar si Pengemis.Betapa terkejutnya sang Saudagar mendengar jawaban si Pengemis. Ia seakan-akan tidak percaya akan hal itu.“Jika  benar  yang  kamu  katakan  itu,  bagaimana  cara  menyembuhkannya?”  tanya  saudagar  kaya  itu penasaran. “Jika ingin sembuh dari kelumpuhan ini, Tuan harus memenuhi tiga syarat,” ujar si Pengemis.
“Apapun  syaratnya,  aku  berjanji  akan  memenuhinya.  Asalkan  penyakitku  dapat  dsembuhkan,”  jawab sang Saudagar. Mendengar  jawaban  itu,  si  Pengemis  pun  menyebutkan  ketiga  persyaratan  yang  harus  dipenuhi  oleh sang  Saudagar,  yaitu;  pertama,  sang  Saudagar  harus  merubah  sifat  sombong  dan  kikirnya;  kedua,  ia harus pergi ke kaki Gunung Karang untuk bertapa di atas sebuah Batu Cekung selama tujuh hari tujuh malam,  tanpa  makan  dan  minum;  ketiga,  ia  juga  harus  berjanji  untuk  memberikan  setengah  harta kekakayaannya kepada warga miskin setelah ia sembuh dari kelumpuhannya.Sang Saudagar pun bersedia untuk memenuhi persyaratan tersebut. Sebelum ia berangkat ke Kunung Karang, si Pengemis berpesan kepadanya agar tetap tidak terpengaruh terhadap segala rintangan dan godaan yang dapat membatalkan pertapaannya. Usai berpesan demikian, pengemis itu tiba-tiba lenyap dari pandangan mata.Saudagar itu pun menyadari bahwa pengemis itu bukanlah orang sembarangan.Setelah itu, berangkatlah ia ke Gunung Karang dengan ditandu oleh empat orang pengawal pribadinya.
Mereka  berjalan  menelusuri  jalan-jalan  setapak  yang  dikelilingi  oleh  semak  belukar  dan  pepohonan rindang.Setelah  dua  hari  dua  malam  berjalan,  akhirnya  mereka  pun  tiba  di  kaki  Gunung  Karang.Di tempat itu terlihatlah sebuah batu yang cukup besar dan berbentuk cekung. “Pengawal! Bawa aku naik ke atas batu itu!” seru sang Saudagar.Tanpa disadarinya, ternyata keempat pengawalnya telah jatuh pingsan saat tiba di tempat itu, karena kelelahan setelah melakukan perjalanan jauh. Akhirnya, dengan susah payah, saudagar itu mengesot di tanah untuk mencapai batu cekung itu dan naik duduk di atasnya.Ketika  hari  mulai  gelap,  sang  Saudagar  pun  segera  memulai  pertapaannya.  Setelah  tujuh  hari  tujuh malam  ia  bertapa  dengan  melalui  berbagai  rintangan  dan  godaan,  seperti  menahan  lapar  dan  haus, serta gangguan dari binatang-binatang buas dan makhluk-makhluk halus, kejaiban pun terjadi. Tiba-tiba ia melihat ada air panas menyembur keluar dari sela-sela Batu Cekung tempatnya duduk. Dalam waktu singkat, tempat itu tergenang air, sehingga membentuk sebuah kolam kecil. Melihat peristiwa ajaib itu, sang  Saudagar  pun  mengakhiri  pertapaannya  dan  segera  mandi  di  kalom  itu.  Betapa  terkejutnya  ia ketika mencebur ke dalam kolam yang berisi air panas itu. Tiba-tiba ia merasakan darahnya mengalir di kedua kakinya, dan beberapa saat kemudian kedua kakinya dapat digerakkan kembali. “Oh, terima kasih Tuhan!Engkau telah menyembuhkan kaki Hamba,” saudagar itu mengucap syukur.Dengan  perasaan  senang  dan  gembira,  sang  Saudagar  bersama  para  pengawalnya  segera  kembali  ke desa.
 Setibanya  di  desa,  ia  pun  segera  melaksanakan  janjinya,  yaitu  menyerahkan  sebagian  harta kekayaannya kepada warga miskin di sekitarnya. Ia membagi-bagikan tanah pertaniannya kepada petani miskin  untuk  digarap.  Setelah  itu,  ia  menikahi  seorang  gadis  cantik  dari  keluarga  miskin  dan  kembali menjalankan  tugas-tugasnya sebagai  Kepala  Desa  dengan  penuh  tanggung jawab. Sejak itu,  ia  dikenal sebagai orang kaya yang dermawan dan Kepala Desa yang arif dan bijaksana, sehingga semua warganya menjadi senang kepadanya.Kepada setiap orang yang bertamu ke rumahnya, sang Saudagar menceritakan perihal keajaiban sumber air panas Batu Cekung di kaki Gunung Karang yang telah menyembuhkan penyakit lumpuhnya.
 Lambat laun  cerita  dari  mulut  ke  mulut  itu  pun  tersebar  hingga  ke  penju ru  desa,  sehingga  para  warga  pun berbondong-bondong  mendatangi  tempat  itu  untuk  mencoba  kemujaraban  air  panas  itu.Terbukti, banyak warga yang telah sembuh dari penyakitnya setelah mandi di tempat itu. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, air panas Batu  Cekung tidak hanya menyembuhkan penyakit lumpuh, tetapi juga berbagai macam penyakit seperti reumatik, polio, dan pegal-pegal, karena mengandung kadar yodium dan kalsium.

Terima kasih sudah membaca.

“TAMAT”






No comments:

Post a Comment