“Kisah di Gua Kiskenda”
Cerita Rakyat Yogyakarta
Di Pegunungan Menoreh, Kulonporogo,
terdapat sebuah gua bernama Kiskenda. Gua tersebut merupakan istana kerajaan
dua makhluk kakak beradik yang bernama Mahesa Sura dan Lembu Sura.Mereka adalah
pemimpin berbagai macam binatang buas di daerah itu.Keduanya memiliki tubuh
yang tinggi dan besar, berbadan manusia, tapi berkepala binatang.Kakak beradik
itu juga memiliki kesaktian yang luar biasa. Konon, jika salah seorang di
antara mereka yang meninggal, ia dapat hidup kembali setelah tubuhnya
dilangkahi oleh saudaranya yang hidup.
Pada suatu malam, Mahsesa Sura bermimpi
sedang bersanding di pelaminan bersama Dewi Tara, putri Sang Bathara Indra dari
Kahyangan.Keesokan hari, Mahase Sura bermaksud mewujudkan mimpi itu.Ia pun
meminta adiknya, Mahesa Lembu, untuk melamar Dewi Tara di Negeri Kahyangan.
Betapa terkejut Lembu Sura saat mendengar permintaan kakaknya itu. “Jangan,
Kanda! Dewi Tara adalah bidadari yang paling cantik di Kahyangan. Bagaimana
mungkin dewa-dewa akan menerima lamaran makhluk seperti kita ini. Sebaiknya,
urungkanlah niat Kanda itu!” ujar Lembu Sura. “Tidak, Adikku! Mereka pasti
takut menolak lamaranku karena akulah yang paling sakti di Jagat Raya ini,”
kata Mahase Sura dengan sombong. Mendengar tekad kuat kakaknya itu, Lembu Sura
terpaksa berangkat ke Kahyangan untuk melamar Dewi Tara. Benar apa yang
dikatakan Lembu Sura. Setibanya di Kahyangan, lamaran kakaknya langsung ditolak
oleh para dewa. Akhirnya Lembu Sura kembali ke bumi tanpa membawa
hasil.Alangkah marah Mahesa Sura saat mendengar kabar buruk tersebut.Ia tidak
bisa menerima penolakan itu. “Kurang ajar!Para dewa itu telah menghinaku.Mereka
harus diberi pelajaran,” ujar Mahasa Sura dengan geram. Pada saat itu pula
Mahesa Sura mengajak adiknya untuk menyerang Negeri Kahyangan.Begitu tiba di
Kahyangan, mereka langsung mengamuk.Tak satu pun dari para dewa yang mampu
mencegah
perbuatan
biadab kakak beradik itu karena kesaktian mereka yang luar biasa.
Setelah menghacurkan seluruh isi
Kahyangan, Mahesa Sura membawa Dewi Tara ke bumi untuk dinikahi. Sementara itu,
para dewa segera bermusyawarah untuk mencari cara agar dapat menumpas Mahesa
Sura dan Lembu Sura serta membawa Dewi Tara kembali ke Kahyangan. Akhirnya,
mereka bersepakat untuk menggunakan kesaktian kadewatan yang bernama Aji
Pancasona. Menurut mereka, hanya itulah satu-satunya cara yang dapat
mengalahkan Mahesa Sura dan adiknya. Namun, kesaktian yang maha dahsyat itu
hanya bisa digunakan oleh orang yang berhati luhur, suci, dan mampu
mengendalikan nafsu sehingga ajian itu tidak digunakan secara sewenang-wenang.
Setelah bermusyawarah, para dewa bersepakat untuk menyerahkan kesaktian Aji
Pancasona tersebut kepada seorang pertapa bernama Subali.Ia adalah putra Resi
Gotama yang sedang bertapa di Suryapringga. Sudah bertahun-tahun Subali bertapa
di tempat itu dengan cara mematikan seluruh raga dan memusatkan seluruh
pancaran jiwanya kepada sang Pencipta untuk memohon ampunan atas segala
perbuatannya. Dalam keadaan konsentrasi penuh, tiba-tiba Subali terbangun dari
pertapaan karena kedatangan Bathara Guru bersama Bathara Narada dan para dewa
untuk menemuinya. “Wahai, Subali! Aku akan memenuhi segala permohonanmu, tapi
dengan syarat terlebih dahulu kamu harus menumpas angkara murka yang bersemayam
di tubuh Mahesa Sura dan Lembu Sura,” ujar Bathara Guru. Tanpa berpikiran
panjang, Subali langsung menyanggupi tawaran menarik tersebut. “Baik Bathara
Guru!Saya bersedia memenuhi syarat itu.Tapi, bagaimana caranya saya bisa
melakukannya? Bukankah kedua makhluk kedua orang kakak beradik itu sangat
sakti?” tanya Subali. “Tenang Subali! Kami akan memberimu Aji Pancasona. Tapi
dengan syarat pula, kamu harus berjanji untuk mempergunakannya bagi perdamaian
di alam ini,” ujar Bathara Guru. Subali pun berjanji dengan sunguh-sungguh untuk
menepati janji tersebut.Setelah menerima ajian pamungkas itu, Subali kemudian
mengajak adiknya Sugriwa untuk membantu memerangi Mahesa Sura dan Lembu Sura.
Setibanya di mulut Gua Kiskenda, Subali meminta adiknya untuk tetap waspada dan
berjaga-jaga di depan mulut gua. “Adikku, kamu di sini saja!Biar aku saja yang
masuk ke dalam gua untuk menghadapi kedua makhluk itu,” ujar Subali. Setelah
itu, Subali segera masuk ke dalam Gua Kiskenda. Tak berapa kemudian, ia sudah
kembali membawa Dewi Tara yang dirampas dari tangan Mahesa Sura. Sementara itu,
Subali akan menyelesaikan pertarungan dengan kedua penguasa Gua Kiskenda itu.
Sebelum kembali masuk ke dalam gua, ia berpesan kepada adiknya.
“Adikku, tolong kamu jaga Dewi Tara di
sini!Jika darah yang mengalir keluar dari Gua Kiskenda berwarnah merah, maka
akulah memenangi pertarungan itu.Namun, jika darah berwarna putih yang
mengalir, maka itu pertanda aku yang kalah.Jika peristiwa yang kedua ini
terjadi, maka segeralah kamu menutup gua ini dengan batu besar!” ujar Subali.
Ketika Subali masuk di dalam gua, maka terjadilah pertarungan sengit melawan
Mahesa Sura dan Lembu Sura.Meskipun tubuhnya kecil, Subali dapat mengimbangi
perlawanan kedua musuhnya yang bertubuh besar itu. Justru dengan tubuhnya yang
kecil, ia dapat menghindar dan menyerang dengan gesit. Dengan Aji Pancasona, ia
berhasil membinasakan Lembu Sura. Namun, betapa terkejutnya ia ketika melihat
Lembu Sura hidup kembali setelah tubuhnya dilangkahi oleh Mahesa Sura. Demikian
pula ketika ia berhasil membinasakan Mahesa Sura dan bisa hidup kembali setelah
tubuhnya dilangkahi oleh Lembu Sura. Subali sangat heran dan bingung melihat
kesaktian kedua musuhnya. Setelah berpikir keras, akhirnya ia menemukan satu
cara untuk menghadapinya yaitu membinasakan mereka secara bersamaan. Dengan
cara itu, mereka tidak bisa lagi saling melangkahi satu sama lain. Subali
kemudian mengubah tubuhnya menjadi besar sebesar tubuh Mahesa Sura dan Lembu
Sura. Pada saat yang tepat, ia memegang tanduk kedua musuhnya lalu membenturkannya.
Tak ayal lagi, kepala kedua makhluk tersebut pecah sehingga darah bercampur
otak yang berwarna putih mengalir keluar gua. Saat melihat darah yang berwarna
merah bercampur warna putih, Sugriwa yang berada di depan mulut gua mengira
saudaranya tewas bersama salah satu dari musuhnya. Dengan cepat, ia menutup
mulut gua itu dengan batu besar. Setelah itu, ia segera meninggalkan tempat itu
dan membawa Dewi Tara ke Kahyangan. Sesampai di sana, mereka disambut oleh para
dewa dengan perasaan suka cita. Para dewa merasa gembira karena Dewi Tara dapat
kembali ke Kahyangan dengan selamat. Namun, mereka juga bersedih karena Subali
tewas dalam pertarungan itu. Sugriwa yang berhasil membawa pulang Dewi Tara
dianugerahi hadiah yaitu mempersunting bidadari cantik itu.Sebenarnya, Sugriwa
merasa berat menerima hadiah tersebut karena merasa bahwa yang lebih berhak
menerimanya adalah Subali. Namun, karena yakin kakaknya telah tewas, ia pun
bersedia menerima hadiah itu. Tak berapa lama kemudian, pesta perkawinan
Sugriwa dan Dewi Tara pun dilangsungkan. Sementara itu, Subali yang baru saja
mengalahkan Mahesa Sura dan Lembu Sura terperanjat ketika melihat pintu Gua
Kiskenda tertutup rapat dengan batu besar. Merasa dihianati oleh adiknya, ia
langsung naik pitam dan marah kepada Sugriwa. Dengan kesaktiannya, ia menendang
batu besar yang menutupi mulut gua hingga hancur berkeping-keping. Setelah itu,
ia segera mencari Sugriwa ke Negeri Kahyangan. Sesampainya di sana, ia
mendapati Sugriwa sedang bersanding di pelaminan bersama Dewi Tara. Melihat hal
itu, Subali semakin geram kepada adiknya. “Hai, Sugriwa! Dasar Adik tidak tahu
diri! Diberi amanat malah berhianat,” tuduh Subali dengan geram.
Baru
saja Sugriwa akan menjelaskan kejadian yang sebenarnya, Subali langsung
menghajarnya. Sugriwa pun berusaha mempertahankan diri karena merasa dirinya
tidak bersalah.Akhirnya, pertarungan sengit antara kedua saudara itu tidak
terelakkan lagi. Pertarungan itu tidak akan berakhir sekiranya sang ayah, Resi
Gotama, tidak segera melerai mereka. Setelah mendengar penjelasan dari Sugriwa
mengenai pemicu terjadinya pertarungan tersebut, Resi Gotama menjadi marah
kepada Subali karena telah membuat malu keluarga dan mengaku berdarah putih.
Menurut Resi Gotama, tidak ada manusia di dunia yang berdarah putih. Oleh
karena ketakaburannya itu, Subali dikutuk oleh ayahnya sendiri. Kutukan itu
disebutkan dalam sabdanya bahwa Subali akan mati oleh kesatria titisan Bathara
Wisnu bernama Prabu Rama Wijaya. Kutukan itu kelak terbukti dengan matinya
Subali terkena panah sakti Prabu Rama Wijaya.Menurut cerita, sebelum
menghembuskan nafas terakhir, Subali sempat mengucapkan terima kasih kepada
Rama karena telah membebaskan nafsu amarah yang melekat pada dirinya. Sementara
itu, Sugriwa mendapat restu dari Resi Gotama untuk tetap menikah dengan Dewi
Tara. Setelah menikah, Sugriwa membangun kerajaan yang diberi nama Pancawati di
Gua Kiskenda.
Terima kasih sudah membaca.
“TAMAT”
No comments:
Post a Comment